Waktu Sekarang

18 Maret 2025 17:52

Tradisi Ruwat Desa Sendenganmijen , Susun Ribuan Tempe Menjadi Gunungan

Kategori :

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest
Share on linkedin
Share on whatsapp

Matarajawali.Net – Sidoarjo; Tradisi Gunungan Tempe di Desa Sendengan Mijen, Krian, Sidoarjo pertama kali muncul pada tahun 2018 sebagai bagian dari perayaan Sedekah Bumi. Tradisi ini lahir dari kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal dan mengangkat identitas desa yang dikenal sebagai sentra pengrajin tempe.

Kepala Desa Sendengan Mijen, Hasanuddin, mengungkapkan bahwa ide ini terinspirasi dari Tumpeng Durian Wonosalam, yang telah dikenal luas sebagai ikon daerah penghasil durian , kepada awak media matarawali, Net Minggu (16/2/2025)

M Hasanuddin kepala desa sendenganmijen, Krian Sidoarjo.
“Wonosalam punya tumpeng durian karena banyak penghasil durian di sana. Kami berpikir, di desa kami banyak pengrajin tempe, kenapa tidak membuat sesuatu yang mencerminkan potensi lokal, Dari situlah muncul ide Gunungan Tempe,” ujar Hasanuddin.

Awalnya, masyarakat masih sebatas mengikuti acara tanpa keterlibatan penuh. Namun, seiring waktu, kesadaran mulai tumbuh, dan mereka semakin aktif dalam menyukseskan tradisi ini.

“Kalau dulu hanya sekadar ikut serta, sekarang masyarakat merasa acara ini milik mereka. Contohnya, tahun ini seribu kaos acara telah terjual, menunjukkan antusiasme yang luar biasa,” tambahnya.

Gunungan Tempe terus berkembang setiap tahunnya, baik dari segi ukuran maupun jumlah tempe yang digunakan. Pada tahun ini 2025, gunungan ini mencapai tinggi 10 meter dan tersusun dari 1.250 tempe, menjadikannya daya tarik utama dalam prosesi Ruah Desa.

Setelah diarak, tempe-tempe yang tersusun rapi ini akan dibagikan kepada warga sebagai simbol keberkahan dan kebersamaan. Tradisi ini kini menjadi bagian dari identitas Desa Sendengan Mijen dan diharapkan dapat terus dilestarikan serta dikenal lebih luas.(Awi)

No Tag
Matarajawali
Di Post : 4 minggu Yang Lalu
Berita Serupa